Kamu mengacaukan hariku (lagi).
Entah untuk yang keberapa kalinya.
Dan payahnya aku selalu membuka pintu itu.
Menghancurkan tembok yang sudah kubangun beberapa bulan ini.
Menghancurkan tembok yang sudah kubangun beberapa bulan ini.
Aku benar benar jatuh ke dalam lubang yang tak
pernah ada dasarnya.
Tak terhitung berapa kali aku menyampaikan benakku.
Jangan
pernah datang kembali jika pada akhirnya pergi.
Karena entah sampai kapan, aku akan tetap membuka pintu itu. apapun yang terjadi.
Ya aku paham bahwa apa yang aku lakukan itu salah.
Tak seharusnya aku melakukan itu.
Tak seharusnya aku melakukan itu.
Tak seharusnya aku memperlakukanmu seperti malam yang selalu aku sanjung.
Jika boleh meminta satu hal pada semesta, aku berharap
perasaan ini tak pernah ada.
Berharap
hidupku baik baik saja seperti sebelum bertemu denganmu.
Aku harus berjuang
melawan semua ini, melawan arus perasaan yang tak pernah berhenti.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus